Bismillahirrahmaanirrahiim
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah”
PENDAHULUAN
Sehat, merupakan suatu keadaan dimana fisik mental dan sosial tidak mengalami kecacatan, tidak hanya bebas dari penyakit, namun juga tidak mengalami sesuatu yang menggangu dalam kehidupan sehari-hari.
Budaya sehat sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Begitu pula dilingkungan pesantren. Bahkan pola hidup santri di pesantren didasarkan pada nilai-nilai yang dijiwai oleh suasana yang dapat dirangkum dalam jiwa hidup santriwati.
Adapun yang dimaksud sakit adalah keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari baik fisik, mental, maupun sosial (Perkin, S.).
Budaya bersih merupakan cerminan sikap dan perilaku masyarakat dalam menjaga dan memelihara kebersihan pribadi dan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Pesantren sebagai salah satu tempat pendidikan di Indonesia saat ini berjumlah kurang lebih 40.000.
Penyakit menular berbasis lingkungan dan perilaku seperti tuberkulosis paru, infeksi saluran pernapasan atas, diare dan penyakit kulit masih merupakan masalah kesehatan yang juga dapat ditemukan di Pesantren (Depkes, 2000).
Definisi Sehat dan Sakit
Sehat itu suatu amanah yang wajib kita jaga, yang dinamakan sehat adalah suatu keadaan dimana fisik, mental dan sosial tidak mengalami kecacatan, tidak hanya bebas dari penyakit, namun juga tidak mengalami sesuatu yang menggangu dalam kehidupan sehari-hari.
Sehat adalah keadaan utuh secara fisik, jasmani, mental dan sosial, bukan hanya untuk keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan (WHO 1974).
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktive secara sosial dan ekonomis (UU No. 23/92 tentang Kesehatan).
Adapun yang dimaksud sakit adalah keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari baik fisik, mental, maupun sosial (Perkin, S.).
Sakit adalah keadaan tubuh yang melemah (Websters New Coligial Act).
Kehidupan Lingkungan Pesantren
Kehidupan di lingkungan pondok pesantren menekankan pada pembentukan pribadi mukmin, muslim yang berbudi luhur, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berfikir bebas.
- Berbudi Luhur
Berbudi luhur, atau yang lazim disebut Al-Akhlakul karimah, adalah landasan yang paling prinsipil yang ditanamkan di pondok pesantren. Pemakaian tata krama dan sopan santun dalam berbagai kondisi menjadi kewajiban. Ini terefleksi dalam pola hidup dan tingkah laku yang selalu ditekankan di dalam pesantren.
- Berbadan sehat
“Al – Aqlu saliim fi jismi saliim” yang artinya akal yang sehat terdapat dalam tubuh yang sehat. Tubuh yang sehat adalah sisi lain yang sangat penting dalam pendidikan di Pesantren. Karena dalam tubuh yang sehat, para santriwati akan dapat melakukan aktifitas hidup dan beribadah dengan sebaik – baiknya. Pemeliharaan kesehatan dilakukan dengan melalui berbagai kegiatan olah raga dan pemeliharaan asrama yang bersih dan nyaman.
- Berpengetahuan luas
Para santriwati di Pesantren dididik melalui proses yang telah dirancang sistematik untuk dapat memperluas wawasan pengembangan ilmu pengetahuan. Seluruh santriwati tidak hanya diajari pengetahuan dalam ruang kelas saja, tetapi lebih dari itu, para santriwati juga diajarkan cara belajar dan untuk apa dia belajar. Agar ilmu pengetahuan itu tidak digunakan pada hal – hal yang akan merugikan manusia itu sendiri.
- Berfikir bebas
Berfikir bebas itu tidak berarti bebas tanpa batas. Kebebasan berfikir ini tidak boleh menghilangkan jati diri seorang muslimah sejati. Karena kebebasan berfikir itu adalah kematangan dan kedewasaan dari apa yang telah diperolehnya.
Kiat hidup sehat dilingkungan Pesantren, Rasulullah Shallahu ’Alaihi wasalam bersabda :
الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan (seandainya) dapat membuka pintu syaithon.” (HR. Muslim)
Definisi Budaya Bersih dan Sehat
Budaya bersih merupakan cerminan sikap dan perilaku masyarakat dalam menjaga dan memelihara kebersihan pribadi dan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk meningkatkan derajat kesehatan santri perlu adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan santriwati tentang kesehatan secara umum, khususnya tentang penyakit menular sehingga diharapkan ada perubahan sikap serta diikuti dengan perubahan prilaku kebersihan perorangan dengan hasil akhir menurunnya angka kesakitan penyakit menular.
Budaya sehat sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Begitu pula dilingkungan pesantren. Bahkan pola hidup santriwati di pesantren didasarkan pada nilai-nilai yang dijiwai oleh suasana yang dapat dirangkum dalam panca jiwa hidup santriwati.
Budaya kehidupan. Di pesantren. selalu mengajak santriwatinya untuk bangun sebelum subuh, melaksanakan sholat sunnah dan fardhu, sholat subuh berjama’ah. Hal ini memberikan hikmah yang mendalam, antara lain:
Berlimpah pahala dari Allah Kesegaran udara di waktu subuh yang bagus untuk kesehatan / terapi penyakit TB. Memperkuat pikiran dan menyehatkan perasaan. Aktif menjaga kebersihan, terutama di lingkungan pondok pesantren.
Upaya Pencegahan Timbulnya Penyakit Santriwati
Upaya peningkatan, pencegahan dan penanggulangan masalah penyakit menular dapat ditempatkan sebagai ujung tombak paradigma sehat untuk mencapai Indonesia sehat 2010 (Harryanto, 2004).
Penyakit menular berbasis lingkungan dan perilaku seperti tuberkulosis paru, infeksi saluran pernapasan atas, diare dan penyakit kulit masih merupakan masalah kesehatan yang juga dapat ditemukan di Pondok Pesantren (Depkes, 2000).
Kulit merupakan organ terluar penyusun tubuh manusia yang terletak paling luar dan menutupi seluruh permukaan tubuh. Karena letaknya paling luar, maka kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti rangsangan sentuhan, rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar.
Kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Kulit juga penting bagi produksi vitamin D oleh tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet. Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh didalammnya, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Selain itu kulit juga mempunyai nilai estetika (Wijayakusuma, 2004).
Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain-lain. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit adalah Skabies ( Juanda, 2000). Skabies dalam bahasa Indonesia sering disebut kudis.Orang jawa menyebutnya gudig, sedangkan orang sunda menyebutnya budug. Gudik merupakan penyakit menular akibat mikroorganisme parasityaitu sarcoptes scabei varian humoris, yang penularannya terjadi secara kontak langsung dan tidak langsung, secara langsung misalnya bersentuhan dengan penderita atau tidak langsung misalnya melalui handuk dan pakaian. Disamping itu skabies dapat berkembang pada kebersihan perorangan yang jelek, lingkungan yang kurang bersih, demografi status perilaku individu (Siregar, 2005).
Status kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah sikap seseorang dalam merespon suatu penyakit, skabies pada umumnya merupakan jenis penyakit menular. Sikap santriwati sangat penting peranannya dalam pencegahan skabies di lingkungan Asrama Pesantren yang membutuhkan kebersihan perorangan serta perilaku yang sehat.
Sikap yang dimiliki oleh santriwati diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku mereka guna mencegah terjadinya skabies di lingkungan Pondok tempat mereka tinggal. Tidur bersama, pakaian kotor yang digantung atau ditumpuk di kamar merupakan salah satu contoh sikap yang dapat menimbulkan skabies.
Pengetahuan yang cukup baik mengenai kebersihan perorangan tidaklah berarti bila tidak menghasilkan respon bathin dalam bentuk sikap, sikap merupakan hal yang paling penting. Sikap dapat digunakan untukmemprediksikan tingkah laku apa yang mungkin terjadi, dengan demikian sikap dapat diartikan sebagai suatupredisposisi tingkah laku yang akan tampak aktual apabila kesempatan untuk mengatakan terbuka luas (Azwar, 2000).
Mendidik / mengajar santriwati pola hidup sehat dan bersih sejak dini / awal dan mengutamakan kesehatan bersama. Orang yang sehat akan memiliki banyak peluang hidup di dunia di banding dengan orang yang sakit – sakitan. Untuk itu para santriwati diajari dengan berbagai metode agar mereka dapat menjadi santri yang sehat. Mendidik santri haruslah sabar dan dilakukan dengan pendekatan yang baik dan jika perlu diberikan penjelasan secara mendalam.
Perilaku Sehat dan Bersih di Pesantren untuk Para Santriwati
Berikut ini adalah hal – hal dasar yang perlu ditanamkan pada para santriwati agar mereka dapat menjadi santriwati dengan perilaku yang sehat dan bersih :
- Rajin Membersihkan Diri Sendiri.
a) Mandi dua kali sehari pada pagi dan sore hari.
b) Mandi dengan dengan abun, gosok gigi, keramas yang baik dan bersih.
c) Rajin mencuci tangan dengan sabun sampai bersih.
d) Rajin potong kuku tangan dan kaki serta membersihkannya.
e) Memotong rambut jika sudah panjang atau tidak rapi.
f) Menggunakan pakaian yang bersih dan rapi.
- Rajin Membersihkan Lingkungan.
a) Ikut bekerja bakti membersihkan lingkungan pondok.
b) Aktif ikut menjaga kebersihan pondok pesantren.
c) Tidak membuang sampah sembarangan.
d) Gemar membersihkan kamar tidur.
- Pola Makan Sehat.
a) Makan minum yang bergizi.
b) Tidak jajan sembarangan yang tidak terjamin kebersihannya / tidak higienis.
c) Membatasi makanan ringan / snack.
d) Tidak makan berlebihan agar tidak obesitas.
e) Membekali santriwati untuk membedakan makanan yang baik dan yang buruk untuk kesehatan.
f) Makan yang teratur.
g) Biasanya diimbangi dengan puasa.
- Pola Hidup Sehat.
a) Tidur secara teratur dan cukup.
b) Olah raga yang teratur dan rutin.
c) Menjauhi narkoba, rokok, minuman keras, dsb.
d) Hidup sederhana tidak glamor dan gengsi.
e) Rajin menabung untuk bekal masa depan.
- Pola Pergaulan Yang Sehat.
a) Tidak pacaran.
b) Memilih teman yang berkelakuan dan berprilaku baik.
c) Tidak ikut – ikutan tawuran.
d) Tidak semena – mena terhadap orang lain.
e) Menghormati orang yang lebih tua.
f) Menghargai sesama manusia walau berbeda ras, agama, suku, dll.
g) Mengamalkan dan menyebarkan pengetahuan yang dimiliki.
Dan masih banyak lagi perilaku yang sehat dan bersih lainnya yang perlu diajarkan kepada anak kita agar memiliki masa depan yang baik.
Cara Menanam Pola Hidup Bersih dan Sehat Dalam Pesantren
Demikian dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang ingin dimiliki dan untuk dibenahi dalam pesantren kita adalah dari kejorokan dan kekumuhan, maka keadaan akan berubah. Pesantren akan kembali menjadi salah satu taman surga. Yang pasti harus ada kesamaan langkah dari komponen pesantren, mulai kyai, guru, santri bahkan para pegawai sekalipun.
Berikut cara menciptakan budaya kebersihan:
- Menunjuk seseorang untuk menjadi penanggung jawab kebersihan pesantren.
- Meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, barang maupun aktifitas. Makan di kamar misalnya. Harus ada tindakan tegas dari penanggung jawab kebersihan.
- Kontrol kebersihan pribadi santriwatiseperti mandi, gosok gigi dll. Serta kontrol cara merawat pakaian mereka, mencuci, melipat atau cara menggantungkan pakaian.
- Melakukan general cleaning secara berkala.
- Segera perbaiki sanitasi atau WC yang rusak karena hal ini salah satu sumber penyakit.
Kalaupun penyakit itu sudah terlanjur terjangkit, maka jangan sampai kita putus asa. Segera lakukan beberapa langkah berikut:
- Tidak saling tukar pakaian.
- Melakukan gerakan bersih-bersih secara serentak.
- Melakukan pengobatan serentak untuk mencegah terjadinya infeksi bolak-balik.
- Baju-baju, seprei, mukena, semua harus direbus, dijemur di bawah sinar matahari dan disetrika.
- Bila dimungkinkan pisahkan santriwatiyang terkena gatal sampai taraf kesembuhan.
Mari kita ciptakan pesantren yang nyaman untuk kita dan generasi kita untuk menimba ilmu menuju masa depan Islam yang gemilang, iman yang benar dan cemerlang.
PENUTUP
Orang yang sehat akan memiliki banyak peluang hidup di dunia di banding dengan orang yang sakit – sakitan. Untuk itu para santriwati diajari dengan berbagai metode agar mereka dapat menjadi santriwati yang sehat. Status kesehatan mereka dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah sikap seseorang dalam merespon suatu penyakit. Pengetahuan yang cukup baik mengenai kebersihan perorangan tidaklah berarti bila tidak menghasilkan respon bathin dalam bentuk sikap, sikap merupakan hal yang paling penting .
Budaya hidup sehat di pondok pesantren sering dipertanyakan. Budaya hidup sehat yang dimaksud berkaitan dengan pola konsumsi makanan, kebersihan lingkungan, perilaku hidup sehat seperti olahraga dan lainnya. Asal kita memiliki keinginan untuk membenahi pesantren kita dari kejorokan dan kekumuhan, maka keadaan akan berubah. Pesantren akan kembali menjadi salah satu taman surga.
Maka dari itu kita harus bisa aktif menjaga kebersihan, terutama di lingkungan pondok pesantren. Dan bisa terhindar dari suatu penyakit, dengan itu santriwati bisa hidup bersih dan sehat dalam pesantren.
Penulis : Ustadzah Siti Muslimah, A.Md. Kep.
Editor : Ustadzah Hijriyahni Khoerunnisa, S.Kom